Langsung ke konten utama

PERBANDINGAN TEKNIK OKLUSAL DENGAN TEKNIK MDCT DAN TEKNIK PANORAMIK UNTUK MENUNJANG PEMERIKSAAN IMPAKSI

BAB I

PENDAHULUAN 

1.1  Latar Belakang

Gigi impaksi adalah gigi yang tidak dapat atau tidak akan dapat bererupsi ke dalam posisi fungsional normalnya, karena itu dikategorikan sebagai patologik dan membutuhkan perawatan (Peterson, 2004). Gigi disebut impaksi ketika gigi tersebut gagal untuk bererupsi secara keseluruhan ke dalam kavitas oral dalam jangka waktu perkembangan yang diharapkan dan tidak dapat lagi diharapkan untuk bererupsi.
Radiologi kedokteran gigi adalah salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang memberikan informasi diagnostik yang berguna dan akan mempengaruhi rencana perawatan, sering kali untuk mencari beberapa tanda atau gejala klinis atau menemukan riwayat pasien yang memerlukan pemeriksaan radiologis. Hingga saat ini dental radiografi menjadi salah satu peralatan penting yang digunakan dalam perawatan kedokteran gigi modern. Teknik radiografi intraoral maupun ekstraoral merupakan prosedur umum yang dilakukan oleh dokter gigi dalam membantu penatalaksanaan suatu kasus (White dan Pharoah, 2004). Salah satu kasusnya adalah impaksi.
Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi dapat dibagi 2 yaitu teknik intraoral dan ekstraoral. Pada teknik intraoral, film rontgen diletakkan didalam mulut pasien, yang terdiri dari teknik foto periapikal, bitewing dan oklusal, sedangkan pada teknik foto rontgen ekstraoral, film rontgen diletakkan diluar mulut pasien, salah satunya adalah foto panoramik, macam lainnya adalah lateral foto, cephalometri dan lain-lain (Whaites, 2007).
Foto oklusal digunakan untuk mengetahui benda asing di dalam tulang rahang dan batu di dalam saluran glandula saliva, melihat batas tengah, depan dan pinggir dari sinus maksilaris, untuk pasien trismus, menunjukkan letak fraktur pada mandibula dan maksila, memeriksa bagian medial dan lateral pada bagian yang terkena kista dan osteomielitis serta untuk mengetahui gigi impaksi (Margono, 1998).
Teknik oklusal dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu true occlusal (cross section view) dan oblik oklusal (topografik oklusal) (Margono 1998). Dengan teknik oklusal dapat diperoleh gambar daerah yang luas dari rahang yang menunjukkan daerah periapikal dari semua gigi, permukaan proksimal semua gigi posterior dan karies interproksimal (Whaites, 2007).
Pesatnya perkembangan teknologi computed tomography (CT), teknik pencitraan baru multi-slice spiral CT digunakan dalam praktek klinis. Pengembangan multi-slice spiral CT scan dikombinasikan dengan teknik 3-dimensi (3D) menghasilkan gambar berkualitas tinggi 3D CT yang berguna untuk diagnosis dan perencanaan pengobatan gigi salah satunya gigi caninus yang impaksi (Salam, 2012).
Berdasarkan latar belakang diatas, makalah ini akan membahas mengenai perbedaan radiografi oklusal dengan radiografi panoramik serta MDCT untuk menunjang pemeriksaan impaksi dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

1.2  Rumusan Masalah

  1. Bagaimana perbandingan hasil radiograf pada radiografi oklusal dengan MDCT dan radiografi oklusal dengan panoramik?
  2. Bagaimana teknik dari pengambilan radiografi oklusal, MDCT dan panoramik?
  3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari setiap teknik pengambilan radiograf (oklusal, MDCT, dan panoramik)?
  4. Bagaimana quality assurance dari radiograf oklusal, MDCT, dan panoramik?

1.3  Tujuan

  1. 1.3.1        Memahami perbandingan hasil radiograf pada radiografi oklusal dengan MDCT dan radiografi oklusal dengan panoramik.
  2. 1.3.2        Memahami teknik pengambilan radiograf dengan teknik oklusal, MDCT dan panoramik.
  3. 1.3.3   . Memahami kelebihan dan kekurangan dari setiap teknik pengambilan radiograf (oklusal, MDCT, dan panoramik).
  4. 1.3.4        Memahami quality assurance dari radiograf oklusal, MDCT, dan panoramik.




BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 

2.1  Radiografi Oklusal

Teknik radiografi intraoral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan sekitar secara radiografi dan filmnya ditempatkan di dalam mulut pasien, salah satunya adalah foto periapikal dan bitewing serta oklusal. Ada tiga pemeriksaan radiografi intraoral yaitu pemeriksaan periapikal, interproksimal, dan oklusal (Whaites, 2007). Radiografi Oklusal adalah salah satu teknik radiografi intraoral yang diambil menggunakan dental x-ray set dimana image reseptor (paket film atau plat fosfor digital – 5,7 x 7,6 cm) diletakkan pada oklusal plane (Whaites, 2007). Radiografi oklusal menampilkan sebagian besar segmen dari lengkung gigi termasuk langit-langit mulut atau dasar mulut dan sebagian dari struktur lateral. Radiografi oklusal, juga berguna ketika pasien tidak dapat membuka rongga mulut cukup lebar atau tidak bisa menerima radiografi periapikal (White & Pharoah, 2004).
Indikasi klinis dari Radiografi intraoral oklusal yaitu; (1) pemeriksaan jaringan periapikal gigi anterior atas, (2) deteksi kaninus yang tidak erupsi, gigi supernumerary,odontoma, (3) evaluasi ukuran dan perluasan lesi seperti  kista dan tumor maksila, (4) pemeriksaan fraktur gigi anterior dan tulang alveolar, (5) pemeriksaan benda asing di dalam tulang rahang dan batu pada glandula saliva (Whaites, 2007).
Menurut White dan Pharoah (2004) teknik radiografi oklusal dapat dilakukan dengan proyeksi oklusal anterior maxilla, proyeksi oklusal cross-sectional maxilla, proyeksi oklusal lateral maxilla proyeksi oklusal anterior mandibula, proyeksi oklusal cross-sectional mandibula dan proyeksi oklusal lateral mandibula.

2.2  Radiografi Panoramik

Teknik radiografi ekstraoral digunakan untuk melihat area yang luas pada rahang dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan di luar mulut pasien. Foto rontgen ekstraoral yang paling umum dan paling sering digunakan adalah foto panoramik, sedangkan macam lainnya adalah lateral foto, chephalometri dan lain-lain (Whaites, 2007). Radiografi panoramik adalah teknik radiografi untuk menghasilkan gambaran  tunggal struktur fasial yang meliputi lengkung gigi-geligi maksila dan mandibula serta struktur-struktur pendukungnya. Kelemahan radiografi panoramik adalah  gambaran yang dihasilkan tidak mampu  menampilkan detail anatomi seperti pada radiograf intraoral. Sering terjadi distorsi geometris (White dan Pharoah, 2004).
Indikasi untuk radiografi panoramik diantaranya; (1) assessment ortodontik pemeriksaan kondisi gigi, misalnya posisi dan erupsi gigi, (2) pemeriksaan lesi intraosseous misalnya: tumor dan kista, dan pemeriksaan  gigi impaksi yang tidak dapat diperiksa menggunakan radiasi intraoral, (3) sebelum dilakukan general anastesia, (4) pemeriksaan jaringan periodontal dengan poket periodontal > 5 mm, (5) fraktur dentomaksilofasial, (6) pre-implant planning, (7) antral disease dan TMJ (White dan Pharoah, 2004).

2.3  Radiografi MDCT

Dengan pesatnya perkembangan teknologi computed tomography (CT), teknik pencitraan baru multi-slice spiral CT digunakan dalam praktek klinis. Pengembangan multi-slice spiral CT scan dikombinasikan dengan teknik 3-dimensi (3D) render yang menghasilkan gambar berkualitas tinggi 3D CT yang berguna untuk diagnosis dan perencanaan pengobatan gigi salah satunya gigi caninus taring yang impaksi. Beberapa jurnal telah menggunakan computed tomography (CT) khususnya spiral CT untuk lokalisasi impaksi dan untuk evaluasi resorpsi gigi seri, karena kontras jaringan yang sangat baik dan gambar tiga dimensi yang tepat (Salam, 2012).
MDCT scanning merupakan prosedur diagnostik yang dapat dilakukan dengan cepat dan tanpa menimbulkan rasa sakit yang menggabungkan penggunaan komputer dan sinar x. Scan dengan MDCT memungkinkan ahli radiologi untuk melihat lokasi atau kelainan.
Beberapa gambar diperoleh secara berurutan dengan tabung sinar x yang berputar. Yang perlu pasien lakukan adalah tetap berbaring di atas meja selama kurang lebih 5 sampai 15 menit. Bagian atas meja akan menggerakkan pasien melalui gantry (berbentuk seperti donat besar) yang didalamnya terdapat tabung sinar x dan beberapa detektor. Gambar radiograf diperoleh melalui detektor yang mengambil sinar x yang melewati tubuh pasien. Gambar-gambar tersebut kemudian dikirim ke komputer yang merekonstruksi gambar ke layar untuk dilihat oleh ahli radiograf / teknolog. Teknolog kemudian akan meninjau kualitas gambar dan jika hasilnya bagus akan memproses informasi untuk membuat pemeriksaan yang dapat ditinjau dan diinterpretasikan oleh ahli radiologi.
Beberapa studi MDCT memerlukan agen kontras oral untuk meningkatkan kualitas gambar yang diambil dari tubuh pasien. Pasien akan menerima petunjuk khusus jika pasien diharuskan  untuk menggunakan agen kontras oral (Redicat) di awal. Penelitian lain dapat menggunakan agen kontras I.V. (Isovue atau Visipaque) untuk meningkatkan kualitas gambar.



BAB III

PEMBAHASAN


3.1 Perbandingan Hasil Radiograf pada Radiografi Oklusal dengan MDCT dan Radiografi Oklusal dengan Panoramik

·         Perbandingan Radiografi Oklusal dengan MDCT untuk Menunjang Pemeriksaan Impaksi
Judul jurnal : Multi Detector Dental CT In Evaluation Of Impacted Maxillary Canine
Kasus :
Seorang pasien yang berumur 24 tahun mengalami impaksi pada gigi kaninus kiri rahang atas permanen dan dilakukan pengambilan radiograf dengan:
1.      Teknik oklusal maksila
2.      MDCT axial
3.      MDCT paraxial
Hasil menunjukkan :
Pada hasil radiograf yang menggunakan teknik oklusal maksila menghasilkan gambar radiograf yang dapat menimbulkan kesalahan diagnosa, yaitu impaksi palatal. Pada hasil radiograf yang menggunakan teknik MDCT axial menghasilkan gambar radiograf impaksi kaninus pada bagian tengah tulang alveolar. Pada hasil radiograf MDCT paraxial menunjukkan hasil radiograf yang menjawab diagnosa, yaitu impaksi pada gigi kaninus pada bagian tengah alveolar dan resopsi akar yang berdekatan dengan incisivus lateral yang ditampakan pada hasil radiograf MDCT, akan tetapi kasus ini tidak bisa dideteksi dengan radiografi secara konvensional.
                                                                                         (Salam, 2012).

Gambar 3. Seorang pasien pria berusia 24 tahun mengeluhkan kegagalan erupsi gigi anterior permanen rahang kiri. (A) Film oklusal rahang atas; caninus dapat didiagnosa sebagai impaksi palatal. (B) Axial MDCT scan menunjukkan caninus impaksi pada pertengahan alveolus. (C) gambar paraksial dari MDCT menegaskan diagnosis impaksi gigi caninus pada pertengahan alveolus. Selain itu, MDCT juga memperlihatkan resorpsi akar gigi insisivus lateralis, tapi tidak bisa terdeteksi oleh radiografi konvensional.
  
Perbandingan Radiografi MDCT dan Panoramik

 Gambar 4. (A) radiografi panoramik menunjukkan impaksi caninus rahang kiri. Namun, tidak dapat menunjukkan lokasi dan hubungan gigi impaksi. (B) Axial MDCT scan menunjukkan kontak antara gigi insisivus sentral dan caninus yang impaksi. (C) Axial MDCT scan menunjukkan mahkota gigi caninus rahang atas yang impaksi dan gigi insisivus sentralis melubangi tulang labial. (D) gambar panoramik dari MDCT menunjukkan vertikal dan horisontal pengukuran dalam milimeter dibuat untuk lokalisasi yang tepat. (E) gambar paraksial dari MDCT menunjukkan ketinggian lantai sinus maksilaris dan dilaceration dari sepertiga apikal akar.

·      Perbandingan Radiografi Oklusal dengan Panoramik untuk Menunjang Pemeriksaan Impaksi
Judul jurnal: Multiple Impacted Permanent And Deciduous Teeth
Kasus :
Seorang nenek berumur 55 tahun merasa tidak nyaman dengan gigi tiruan yang digunakannya karena gigi nenek tersebut tidak erupsi. Menurut rekam medis si nenek mengalami edentulous sejak dia remaja, Berdasarkan informasi dari dokter gigi, gigi tersebut merupakan gigi decidui, beberapa giginya erupsi namun diekstraksi karena pergerakan gigi yang berlebihan (posisi tidak sesuai pada tempatnya) sehingga si nenek menggunakan gigi tiruan yang lengkap. Hampir 10 tahun yang lalu empat gigi tambahan erupsi, namun si nenek tetep meneruskan menggunakan gigi tiruan tersebut walaupun terdapat gigi yang erupsi. Setelah itu dokter gigi menyadari adanya gigi impaksi pada si nenek dan dilakukan odontektomi namun tidak berhasil.
Pemeriksaan intraoral menunjukkan adanya gigi 16 17 41 dan 42. Tidak terdeteksi lesi mukosa oral. Hasil radiografi panoramik dan oklusal menunjukkan adanya 13 gigi yang impaksi (12 permanen dan 1 gigi desidui) pada maksila dan 15 gigi impaksi (11 permanen dan 14 desidui) pada mandibula. Sehingga totalnya ada 28 gigi impaksi.
Hasil :
Hasil radiografi panoramik menghasilkan terlihatnya berbagai macam gigi impaksi atau beberapa gambaran radiopak pada rahang. Sedangkan radiografi oklusal dapat membantu mengidentifikasi lokasi dan jumlah gigi impaksi. Pada hasil radiograf oklusal menunjukkan adanya tambahan gigi impaksi sebanyak 2 gigi desidui yang tidak tampak pada raiograf panoramik.
                                                                             (Yildirim, 2006).

Gambar 5. radiograf panoramik menunjukkan 23 gigi permanen yang impaksi dan 3 gigi sulung (panah) dengan resorpsi eksternal dari gigi M2 mandibula kiri

Gambar 6. Radiografi oklusal maxilla menunjukkan beberapa impaksi

Gambar 7. Radiografi oklusal mandibula menunjukkan beberapa gigi impaksi dan dua gigi sulung tambahan (panah) yang tidak terlihat pada radiograf panoramik.

3.2 Teknik Pengambilan Radiograf

3.2.1. Teknik Oklusal
Radiografi oklusal merupakan radiografi yang digunakan pada pasien yang tidak dapat membuka mulut dengan lebar ketika dilakukan pemaparan dengan radiografi periapikal. Radiografi oklusal termasuk salah satu teknik radografi intraoral yang menggunakan sinar x dengan film paket, film berukuran (5.7x7.6 cm) atau kaset kecil intraoral yang ditempatkan pada bidang oklusal (occlusal plane) (Whaites, 2007).
Indikasi klinis utama untuk upper standart occlusal meliputi; mendeteksi adanya erupsi gigi canine, supernumerary dan odontomes, melihat midline, mengevaluasi ukuran dan perluasan lesi seperti kista atau tumor di maksila, pemeriksaan fraktur gigi anterior dan tulang alveolar. Terutama pada anak yang mengalami trauma, karena penempatan film oklusal ini sangat mudah (Whaites, 2007).
Teknik dan posisi upper standart occlusal:
1.      pasien duduk dengan posisi kepala sejajar dengan bidang horisontal atau bidang lantai dan memakai pelindung tiroid.
2.      Film paket, ditempatkan datar ke mulut diatas permukaan oklusal rahang bawah. Kemudian pasien di instruksikan untuk menggigit film dengan lembut
3.      Tubehead Sinar x diposisikan 65 ° -70 ° diatas hidung pasien.

Gambar 1. Teknik upper standart occlusal

Gambar 2. Hasil radiografi teknik upper standart occlusal

                 (Whaites, 2007).
            Salam (2012) dalam jurnal Multi-detector dental CT in evaluation of impacted maxillary canine menggunakan teknik radiografi oklusal yaitu cross sectional maxillary occlusal / upper standart occlusal / standart maxillary occlusal projection untuk melihat impaksi gigi caninus maxilla. Bidang gambar proyeksi ini menunjukkan palatal dan prosesus zygomatic maxilla, aspek anteroinferior masing-masing antrum, kanal nasolacrimal, dari gigi molar kedua sampai molar kedua, serta septum nasal. Proyeksi sinar pusat mengarah pada angulasi vertikal + 65o dan angulasi horisontal 0o, dari hidung menuju tengah film. (White dan Pharoah, 2004).
Jameel (2014) dalam jurnal Use of Longitudinal Topographic Occlusal Projection to measure the Alveolar Bone Thickness in the Posterior Implant Sites (Pre-Clinical Study) menggunakan teknik proyeksi oklusal cross sectional mandibula untuk mengukur ketebalan tulang alveolar pada implan posterior. Begitu juga Yildrim (2006) dalam jurnal Multiple impacted permanent and deciduous teeth  menggunakan teknik proyeksi oklusal cross sectional mandibula / standart mandibular occlusal projection dan upper standart oklusal untuk melihat letak impaksi gigi permanen dan decidui.
Bidang citra teknik proyeksi oklusal cross sectional mandibula mencakup jaringan lunak dasar mulut dan memperlihatkan plat lingual dan bukal mandibula dari molar kedua sampai molar kedua. Apabila pandangan ini dilakukan untuk meneliti dasar mulut (misalnya untuk sialoliths), saat pemaparan harus dikurangi menjadi satu setengah waktu yang digunakan untuk membuat gambar dari mandibula. Penempatan film dilakukan saat posisi kursi pasien dalam posisi semireclining dengan kepala miring ke belakang (mendongak) sehingga garis ala-tragus hampir tegak lurus dengan lantai. Film ditempatkan di mulut dengan sumbu panjang tegak lurus terhadap bidang sagital dan dengan tabung ke arah rahang bawah. Perbatasan anterior dari film sebaiknya kurang lebih 1 cm di luar gigi insisivus rahang bawah. Pasien diminta untuk menggigit perlahan pada film. Proyeksi sinar pusat mengarah pada garis median melalui dasar dari mulut kurang lebih 3 cm di bawah dagu, pada sudut yang tepat ke tengah film (White dan Pharoah, 2004).

3.2.2        Teknik MDCT Scanner
1.    Sebelum dipapar pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak dan menelan selama dilakukan scanning
2.   Pasien diinstruksikan pada posisi supinasi, jika pasien tidak bisa dengan posisi supinasi diinstruksikan untuk mengubah posisi menjadi pronasi.
3.   Dilakukan topogram atau paparan pada bagian lateral untuk mengasilkan gambar axial. Axial images diambil sejajar dengan bidang oklusal maxilla. Sinar X diatur pada 45 Ma, 110 Kv, 1.25 mm, selama 0.8 detik
                                                                                          (Salam, 2012).

3.2.3.      Teknik Panoramik
1.      Pasien diinstruksikan untuk melepas segala jenis perhiasaan, ikat rambut, gigi tiruan dan alat ortodontik lepasan.
2.      Prosedur pemaparan harus dijelaskan pada pasien.
3.      Pada teknik OPG tidak perlu menggunakan lead apron karena menganggu proses pengambilan gambar.
4.      Pasien harus diposisikan secara tepat pada mesin sinar x menggunakan  head-positioning device dan  light beam marker positioning guides  selama 18 detik.
5.      Pasien diintruksikan untuk menempatkan lidah pada langit-langit mulut
6.      Pemaran sinar x dilakukan pada kisaran 70-100 kV dan 4-12mA
                                                                          (Whaites, 2007).


3.3    Kelebihan Dan Kekurangan Dari Setiap Teknik Pengambilan Radiograf (Oklusal, MDCT, Dan Panoramik)

3.3.2        Kelebihan dan Kekurangan Oklusal
o    Kelebihan Oklusal
Mampu menunjukkan adanya tambahan gigi yang impaksi yang tidak tampak pada radiograf panoramik.
o    Kekurangan Oklusal
§  Radiografi oklusal untuk impaksi gigi caninus rahang atas ke bagian palatal tidak dapat didiagnosa.
§  Teknik   oklusal   tidak   dapat menggambarkan tulang maksilla dengan baik   karena   keterbatasan   anatomis.
§  Tidak   mampu memperlihatkan   bagian   median   dan lateral   dari   tulang   kortikal, menghilangkan prosesus alveolar dengan hanya memperlihatkan bidang   kortikal, dan bersifat dua dimensi.

3.3.3        Kelebihan MDCT
o    Kelebihan MDCT
·         Paraksial MDCT dapat menunjukan dan mendiagnosis adanya  impaksi gigi caninus di tulang alveolus.
·         Dapat melihat terjadi resorpsi akar gigi insisivus lateralis yang tidak bisa didiagnosis oleh radiografi konvensional.
·         Dapat terlihat kontak antara gigi insisivus sentral dan gigi kaninus yang impaksi
·         Dapat melihat  mahkota gigi caninus rahang atas dan gigi insisivus sentralis yang melubangi tulang labial.
·         Dapat menunjukan bagian kanan rahang atas secara horizontal pada  gigi kaninus di bagian pertengahan dari alveolus adanya odontomes 
·         Dapat menunjukkan dengan jelas impaksi gigi kaninus permanen dan insisivus lateralis dengan adanya odontomes

o   Kekurangan MDCT
Biaya lebih mahal dibandingkan radiograf konvensional

3.3.4        Kelebihan dan Kekurangan Panoramik
o   Kelebihan Panoramik
§  Memberikan gambaran yang luas mengenai struktur tulang  fasial dan gigi-geligi.
§  Dapat dilakukan terhadap pasien yang tidak dapat membuka  mulut.
 (White dan Pharoah, 2004).

o   Kekurangan Panoramik
Bentuk keterbatasan yaitu gambaran foto yang dihasilkan kurang detail.

3.4    Quality Assurance Dari Radiograf Oklusal, MDCT, Dan Panoramik

Penilaian Quality Assurance ada 4 aspek yaitu
1.      Kekontrasan
2.      Ketajaman dan resolusi
3.      Geometry image
4.      Penempatan berkas sinar x
Quality assurance dari radiografi oklusal pada jurnal Multi-Detector Dental CT In Evaluation Of Impacted Maxillary Canine memiliki skor 3 karena hasil radiograf dapat menimbulkan kesalahan diagnosa karena menunjukkan impaksi palatal. Pada hasil radiograf yang menggunakan teknik MDCT axial menghasilkan gambar radiograf impaksi kaninus pada bagian tengah tulang alveolar.
Quality assurance dari radiografi MDCT memiliki nilai 1 karena pada kedua teknik yaitu axial dan paraxial menunjukkan hasil radiograf yang menjawab diagnosa, yaitu impaksi pada gigi kaninus pada bagian tengah alveolar dan resopsi akar yang berdekatan dengan incisivus lateral yang ditampakkan pada hasil radiograf MDCT, akan tetapi kasus ini tidak bisa dideteksi dengan radiografi secara konvensional.
Quality assurance dari radiografi oklusal pada jurnal Multiple impacted permanent and deciduous teeth memiliki skor 2. Radiografi oklusal dapat membantu mengidentifikasi lokasi dan jumlah gigi impaksi. Pada hasil radiograf oklusal menunjukkan adanya tambahan gigi impaksi sebanyak 2 gigi desidui yang tidak tampak pada radiograf panoramik.
Quality assurance dari radiografi panoramik pada jurnal Multiple impacted permanent and deciduous teeth memiliki skor 3. Radiografi panoramik tidak dapat mengidentifikasi secara keseluruhan jumlah gigi yang impaksi. Pada hasil radiograf panoramik tidak menunjukkan adanya tambahan gigi impaksi sebanyak 2 gigi desidui.





BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

 

4.1  Kesimpulan

·         Berdasarkan kasus yang pertama MDCT lebih unggul daripada teknik radiograf oklusal dalam mendeteksi impaksi.
·         Berdasarkan kasus yang kedua teknik oklusal lebih unggul daripada panoramik.
·         Secara keseluruhan teknik MDCT lebih tepat untuk mengetahui gigi impaksi diikuti dengan teknik oklusal dan panoramik.

4.2  Saran

Perkembangan teknologi radiograf di kedokteran gigi yang pesat, pemilihan teknik yang digunakan untuk membantu megindikasi dan membuat perencanaan perawatan pada pasien sangatlah penting, maka sebagai tenaga kesehatan di kedokteran gigi perlu untuk mengetahui teknik yang harus digunakan dan memperhatikan quality assurance.



DAFTAR PUSTAKA


Jameel, Nazar G., Ibrahim Osama M. 2014. Use Of Longitudinal Topographic Occlusal Projection To Measure The Alveolar Bone Thickness In The Posterior Implant Sites (Pre-Clinical Study). Internasional Journal Of Enhanced Research In Science Technology & Engineering. Vol 3 (3): 1-7.
Margono, G. 1998. Radiografi Intraoral : Teknik, Prosesing, Interpretasi Radiogram. Ed. Ke-1. Jakarta: EGC.
Peterson, Larry J. 2003. Contemporery Oral And Maxillofacial Surgery. 4th ed. St Louis: Mosby.
Salam, Eman A., El- Badrawy, Ade. 2012. Multi Detector Dental CT In Evaluation Of Impacted Maxillary Canine. The Egyptian Journal of Radiology and Nuclear Medicine. 43: 527-534.
Whaites E. 2007. Essentials of Dental Radiography and Radiology. Ed. Ke-4. London: Churchill Livingstone.
White, S.C., dan Pharoah, M.J. 2004. Oral Radiology : Principle and Interpretation. Ed. Ke-5.  Philadelphia: Mosby Co.

Yildrim, D. 2006. Multiple impacted permanent and deciduous teeth. Dentomaxillofacial Radiology. 33: 133-135. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONSULTASI DAN RUJUKAN

A.     Latar Belakang Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak tidak hanya oleh orang perorang atau keluarga, tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh anggota masyarakat. Untuk mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak upaya yang harus dilaksanakan, diantaranya adalah upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilakukan secara menyeluruh oleh dokter keluarga. Namun, dalam pelaksanaannya pelayanan kedokteran keluarga terhadap pasien harus disesu ai kan dengan kemampuannya. Apabila menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dapat ditanggulangi, dokter keluarga harus melakukan konsultasi maupun rujukan. Adakalanya cukup dengan melakukan konsultasi kepada dokter lain yang lebih ahli pada bidang tertentu, tetapi kadang perlu langsung merujuknya agar memperoleh penanganan dokter ahli tersebut sesuai kewenangannya. Konsultasi adalah upaya meminta bantuan profesional penanganan suatu kasus tertentu yang sedang ditangani oleh seorang...

MANAJEMEN MUTU PELAYANAN

2.1 Pengertian Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Menurut Malayu S.P.Hasibuan (2008) manajemen merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Andrew F. Sikula (dalam buku Malayu S.P.Hasibuan, 2008) manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien. Menurut Kotler (dalam buku Fajar Laksana, 2008) pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikannya apapun produksinya dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang p...